Rabu, 10 November 2010

ISD BAB 7

Nama         : Ambrosius Nurhadi Prasetyo
NPM         : 10110601
Kelas         : 1KA26


Masyarakat Pedesaan


Ciri-ciri desa :

1.      Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan  jiwa.
2.      Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
3.      Cara usaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

*Sumber: Buku Cetak ISD MKDU, Gunadarma


Ciri-ciri masyarakat pedesaan :

1.      Mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
2.      Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemienschaft atau paguyuban). Gemienschaft yaitu merupakan kehidupan bersama yang intim, sedangkan paguyuban yaitu merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat alamiah, serta bersifat kekal.
3.      Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part-time). Sedangkan mata pencaharian berdagang merupakan pekerjaan sekunder
4.      Masyarakat pedesaan bersifat homogen.
5.      Desa berhubungan erat dengan alam, ini disebabkan oleh lokasi geografis di daerah desa petani, realitas alam ini sangat vital menunjang kehidupannya. Kepercayaan-kepercayaan dan hukum-hukum alam seperti dalam pola berfikir dan falsafah hidupnya menentukan.
6.      Menentukan kepemimpinan di daerah cenderung banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu. Disebabkan oleh luasnya kontak tatap muka dan individu lebih banyak saling mengetahui. Misalnya karena kejujuran, kesolehan, sifat pengorbanannya dan pengalamannya.
7.      Masyarakat desa pengawasan sosial pribadi dan ramah tamah disamping itu kesadaran untuk mentaati norma yang berlaku sebagai alat pengawasan sosial.

*Sumber: Buku Cetak ISD MKDU, Gunadarma


Study Kasus

 

Tradisi Ruwah Pada Masyarakat Desa Ngreden Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten

    Tradisi Ruwah adalah suatu  upacara bersih desa, yang disebut juga merti desa atau sedekah bumi. Tradisi ini merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat Desa Ngreden terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi Ruwah merupakan tradisi yang digunakan untuk mengingat dan menghormati Ki Ageng Perwito atau Pangeran Karang Gayam sebagai pendiri (pepunden) atau sesepuh Desa Ngreden. Tradisi Ruwah dilaksanakan atas pesan dari Ki Ageng Perwito agar masyarakat Desa Ngreden selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara berdoa di luweng tempat bertapa beliau. Tradisi Ruwah di desa Ngreden dilaksanakan setiap bulan Ruwah tanggal 15 hijrah selama kurang lebih dua hari, mulai dari pembukaan sampai acara inti. Pelaksanaan dilakukan di makam Ki Ageng Perwito. Nilai pendidikan yang dapat diambil dengan dilaksanakannya tradisi Ruwah tersebut adalah. Mengajarkan kepada masyarakat Desa Ngreden untuk meneladani sifat yang dimiliki oleh Ki Ageng Perwito atau Pangeran Karang Gayam serta melaksanakan ajaran-ajaran luhur yang ditinggalkan beliau. Dapat dipetik pelajaran mengenai kegotong royongan sebagai nilai luhur kebersamaan dan kerukunan masyarakat. Makna yang terkandung dalam perlengkapan Ruwah yang terdiri dari sego liwet, ingkung, pisang raja, dan pelengkapan lain mempunyai menyimbolkan ajaran luhur dari nenek moyang, yaitu sifat pemberani demi membela tanah air, selalu menyerahkan segala masalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, tidak bergaya hidup mewah, selalu bekerjasama dalam menghadapi tugas yang dibebankan, dan ikhlas menjalankan apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mengajarkan bahwa manusia mempunyai kemampuan yang terbatas. Ada kekuatan yang maha besar yang mengatur mengenai kehidupan manusia di alam ini.


Opini: Menurut saya, kegiatan tradisi seperti masyarakat desa Ngraden masih memegang teguh kebiasaan atau budaya dari leluhurnya. Seharusnya tradisi semacam ini harus dilestarikan karena tradisi ini adalah simbol dari kebudayaan Indonesia. Dari Tradisi Ruwah ini kita bisa memetik nilai-nilai positifnya yaitu sebagai manusia kita harus hidup saling bergotong royong, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain itu kita harus terbiasa hidup sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar