Nama : Ambrosius Nurhadi Prasetyo
N P M : 10110601
Kelas : 1KA26
BAB 3
MASYARAKAT NON INDUSTRI DAN MASYARAKAT INDUSTRI
Masyarakat Non Industri
Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a. Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antara anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab.Kelompok primer ini juga disebut kelompok “face to face group”,sebab para anggota sering berdialog bertatap muka. Sifat interaksi dalam kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja dan tugas pada kelompok menenerima serta menjalankannya tidak secara paksa, namun berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab para anggota secara sukarela.
Contohnya :keluarga, rukun tetangga, kelompok agama, kelompok belajar dan lain-lain.
b. Kelompok sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan.Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, antara anggota kelompok diatur atas dasarpertimbangan-pertimbangan rasional dan objektif.
Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagi dasar untuk mengklarifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya, tetapi ia lebih cenderung memergunakan dua taraf klarifikasi, yaitu sederhana dan yang kompleks.
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat bertambah tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantung antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat industri dan diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorangsecara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Laju pertumbuhan industri-industri berakibat memisahkan pekerja dengan majikan menjadi lebih nyata dan timbul konflik-konflik yang tak terhindarkan, kaum pekerja membuat serikat-serikat kerja/serikat buruh yang diawali perjuangan untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah. Terlebih setelah kaum industralis mengganti tenaga manusia dengan mesin.
Makna Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil da terbatas.
Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.
Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek sosial.
Untuk menjadi individu yang “mandiri” harus melalui proses. Proses yang dilaluinya adalah proses pemantapan dalam pergaulan di lingkungan keluarga pada tahap pertama. Karakter yang khas itu terbentuk dalam lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengendap melalui sentuhan-sentuhan interaksi: etika, estetika, dan moral agama. Sejak manusia dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya.
*Sumber: Buku cetak ISD MKDU, Gunadarma
Study Kasus :
POTENSI PENGEMBANGAN HUTAN KEMASYARAKATAN MELALUI POLA WANATANI
Usaha sereh wangi (Cimbopogon nodus) merupakan salah satu bentuk usahatani dengan tanaman utamanya adalah sereh wangi.(tanaman penghasil minyak astiri). Tanaman ini biasanya ditanam di bawah tegakan pohon seperti Jati, Mahoni, Sengon . Melihat potensi dan kemungkinan penerapannya dalam program Hutan Kemasyarakatan (HKM), penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kelayakan usaha sereh wangi dalam meningkatkan pendapatan petani melalui studi kasus kegiatan usahatani sereh wangi di Desa Salebu Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah Pengumpulan data dilaksanakan dengan metode sampling melalui wawancara dengan petani sample dan pihak investor yang terkait dan pengamatan langsung di lapangan Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani serah wangi sebagai bagian dari sistim wanatani cukup layak diusahakan dengan Net Present Value (NPV) (+) Rp 2.969.513 , dan IRR = 64,69 % sedangkan BC Ratio = 2,029 (>1).. Keuntungan diperoleh sejak tahun pertama penanaman dengan 4 kali panen dalam setahun.. Keuntungan lebih besar akan diperoleh apabila nilai kayu ikut diperhitungkan yang biasanya dimulai pada tahun ke empat saat diadakan penjarangan secara bertahap. Melalui pengembangan Hutan Kemasyarakatan dengan pola wanatani berbasis sereh wangi, permasalahan utama yang dihadapi masyarakat seperti di Desa Salebu yakni kekurangan lahan untuk pengembangan usahatani dapat diatasi dan masyarakat memperoleh kesempatan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Pada saat yang sama kayu dapat diproduksi dan wilayah hutan dapat ditingkatkan.keamanannya.
*Sumber: http://puslitsosekhut.web.id/publikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar